Merawat Tradisi Membangun Peradaban

Senin, 08 April 2013

PW LPPNU MELAKUKAN ANJANGSANA KE KELOMPOK TANI NU



Tampak sekretaris PW LPPNU sedang menjawab pertanyaan peserta diskusi

Istilah “blusukan” memang sedang trend belakangan ini, tapi agaknya bagi aktifis, kader atau pengurus NU ini sesungguhnya bukan barang baru, rasanya kita sudah sangat mahfum betapa para ulama dan kyai NU sangat terbiasa menyambangi para jamaah (umat) hingga ke pelosok perkampungan dimanapun sampai menempuh perjalanan dengan medan yang sangat sulit sekalipun, jarak dan waktu tidak pernah menjadi kendala, ketika umat utamanya jamaah nahdliyin membutuhkan kehadirannya maka tidak ada alasan untuk menolaknya, terlebih sudah menjadi pemahaman kita mayoritas nahdliyin adalah warga pedesaan. Terinspirasi dari semangat itulah jajaran Pengurus Wilayah Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (PW LPPNU) Provinsi Lampung yang merasa sebagai santri tentu juga harus mengikuti jejak para kyai untuk rela “blusukan” ke kampung-kampung dan perdesaan.

LPPNU sebagai lembaga yang merupakan departementasi dari ormas NU yang didedikasikan sebagai wahana aksi, fasilitasi, advokasi dan kolaborasi Nahdliyin bersama multipihak dalam membangun gerakan sosial dan usaha pengembangan pertanian, pengelolaan sumber daya alam, pemanfaatan energi terbarukan, pembangunan perdesaan dan penyelamatan lingkungan hidup secara jujur, adil, bertanggungjawab dan berkelanjutan sebagai bagian dari uapaya mewujudkan islam rahmatan lil alamin.  Maka PW LPPNU sebagai departemenya PWNU  telah berketetapan untuk secara bertahap dengan program yang terarah, terstruktur dan teruku melakukan berbagai ikhtiar demi keberpihakan kepada petani khususnya masyarakat nahdliyin di perdesaan, tentu juga dengan tidak mengesampingkan langkah-langkah koordinasi dan upaya konsolidasi dengan seluruh PC LPPNU se Provinsi Lampung.  

Atas inisiasi dari para penggiat LPPNU mulai dari bulan kemarin (maret) secara berkala jajaran PW LPPNU melakukan kunjungan langsung (anjangsana) kepada para petani atau kelompok tani khususnya petani nahdliyin.  Ini adalah murni sebagai gerakan moral, tanpa dukungan dana dari pihak manapun, dan tidak bertendesi apapun selain hanya sebagai implementasi misi dan visi LPPNU itu sendiri.  Agenda pertama kunjungan/ anjangsana PW LPPNU pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 ke kelompok tani Sabana dan Kelompok tani Harapan Kita di Sumber Agung; pada kesempatan anjangsana ini dilakukan proses diskusi dan sharing berbagi pengalaman dan merumuskan agenda bersama untuk meningkatkan dinamika dan kemandirian kelompok tani yang seluruh anggotanya adalah nahdliyin tersebut, salah satu yang menjadi kesepakatan adalah untuk dilaksanakan agenda pertemuan rutin sebulan sekali yang diisi pembinaan dari PW LPPNU.

Agenda kunjungan/ anjangsana PW LPPNU berikutnya pada hari Minggu tanggal 7 April 2013 menjumpai beberapa kelompok tani nahdliyin di wilayah Kecamatan Negeri katon, pertemuan dilaksanakan di desa poncowarno dihadiri tidak kurang dari 100-an orang petani warga nahdliyin yang masing-masing merupakan perwakilan pengurus kelompok tani dari berbagai desa (kampung) di seluruh kecamatan negeri katon.  Rombongan PWNU yang hadir terdiri dari Ir. Agus Arubusman, Ir. Ivan Rayendra Bakar, Drh. Sunanjak Wiwoho dan didampingi Ichwan Adji wibowo (wakil sekretaris PWNU) serta ikut serta dalam rombongan staf sekretariat PWNU yakni Nazrin Dasit dan Nasrul Efendi.  Kehadiran rombongan PW LPPNU disambut oleh grup hadroh setempat, acara dimulai pukul 10.30 s.d. pukul 13.30 diisi dengan pengarahan dari LPPNU dan dilanjutkan diskusi dan sharing berbagai hal terkait persoalan kelompok dan usaha tani yang mereka kembangkan selama ini. 

Pada kesempatan tersebut diantaranya mendiskusikan penetapan komoditas unggulan untuk wilayah perdesaan di negeri katon, diantaranya tanaman kakao/ coklat; karet; jagung dan kelapa.  Dari berbagai masukan yang ada sebagaian besar yang hadir merasa sangat senang ketika mendengar NU juga memiliki kegiatan-kegiatan yang berpihak kepada petani.  “selama ini kami warga NU di pedesaan yang mayoritas adalah tani, biasanya kalau mendengar NU ya biasanya pengajian, yasinan, tahlilan, haul, tareqoh, dll, kami sangat senang kalau NU ternyata juga punya lembaga yang ngurusi petani yang peduli pada kehidupan kami” demikian pak teguh salah satu tokoh masyarakat petani desa poncowarno mewakili peserta lainnya.  Ketika mencoba menampung berbagai problem yang mereka hadapi selama ini muncul diantaranya persoalan kesulitan mereka terhadap akses permodalan; minimnya sarana khususnya teknologi terapan, gangguan penyakit tanaman yang mereka usahakan serta perlunya kebutuhan teknologi pasca panen khususnya untuk komoditas kakao. 
 
Foto bersama pengurus usai diskusi
Ketika memberikan tanggapan sekaligus arahan Ir. Agus Arubusman mewakili PW LPPNU menyampaikan bahwa kehadiran LPPNU bukanlah seperti sinterklas, bukan juga lembaga pemberi bantuan; atau semacam “makelar bantuan”, kehadiran kami tidak saja karena keterikatan bathin sebagai sesama nahdliyin tetapi  lebih dari itu kami menempatkan diri sebagai “teman” menjadi fasilitator bagi para petani untuk mendampingi agar petani mampu mematakan dan membaca persoalan-persoalan apa sesungguhnya yang mereka hadapi sekaligus mampu menemukan  solusi atau jawaban atas setiap masalah yang dihadapi mereka.  Sambil juga mengingatkan jika saja LPPNU mencoba mencari akses bantuan atau program dari berbagai sumber, petani harus berpandangan bahwa bantuan bukanlah segala-galanya, bukanlah tujuan itu menjadi semacam stimulan untuk kebangkitan petani.  Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa petani atau masyarakat perdesaan harus mampu mengenali bahwa yang disebut modal itu tidak serta merta uang. “modal pada usaha pengembangan sumber daya hayati khususnya di perdesaan itu setidaknya ada 4, pertama modal sumber daya alam; segala potensi alam yang diberikan Allah kepada kita harus kita pandang sebagai modal; kedua modal ekonomi yang dimaksud aadalah seperti sarana produksi, peralatan mesin dll; ketiga adalah modal sumberdaya manusia, seperti keterampilan kita, keahlian dan pengalaman kita dan terakhir yang ke empat modal sosial, yang dimaksud adalah jejaring sosial, keakraban masyarakat; kekompakan masyarakat, keguyuban masyarakat dst, itulah semua hal yang harus kita pandang sebagai modal” demikian Ir. Agus Arubusman menyampaikan nasehatnya.  Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut PC LPPNU kabupaten pesawaran akan mengintensifkan pembinaan ke kelompok-kelompok tani dan segera membentuk kelompok-kelompok baru dengan nama Pertanu (Perhimpunan Petani NU) di masing-masing desa, selanjutnya PW LPPNU merumuskan seluruh potensi yang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan dan sesegera mungkin mengupayakan pendanaan dari berbagai pihak khususnya terkait pengembangan pasca panen kakao. 

Adapun agenda selanjutnya PW LPPNU telah merencanakan kunjungan (anjangsana) pada hari minggu pekan depan tanggal 14 April ke kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu, menurut PC LPPNU Pringsewu setidaknya akan mengumpulkan pengurus dari 20 kelompok tani NU di sekitar kabupaten pringsewu masing-masing mengutus 3 orang pengurus.
 (Nazrin Dasit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar