Tampak sekretaris PW LPPNU sedang menjawab pertanyaan peserta diskusi |
Istilah
“blusukan” memang sedang trend belakangan ini, tapi agaknya bagi aktifis, kader
atau pengurus NU ini sesungguhnya bukan barang baru, rasanya kita sudah sangat
mahfum betapa para ulama dan kyai NU sangat terbiasa menyambangi para jamaah
(umat) hingga ke pelosok perkampungan dimanapun sampai menempuh perjalanan
dengan medan yang sangat sulit sekalipun, jarak dan waktu tidak pernah menjadi
kendala, ketika umat utamanya jamaah nahdliyin membutuhkan kehadirannya maka
tidak ada alasan untuk menolaknya, terlebih sudah menjadi pemahaman kita
mayoritas nahdliyin adalah warga pedesaan. Terinspirasi dari semangat itulah
jajaran Pengurus Wilayah Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (PW
LPPNU) Provinsi Lampung yang merasa sebagai santri tentu juga harus mengikuti
jejak para kyai untuk rela “blusukan” ke kampung-kampung dan perdesaan.
LPPNU
sebagai lembaga yang merupakan departementasi dari ormas NU yang didedikasikan
sebagai wahana aksi, fasilitasi, advokasi dan kolaborasi Nahdliyin bersama
multipihak dalam membangun gerakan sosial dan usaha pengembangan pertanian,
pengelolaan sumber daya alam, pemanfaatan energi terbarukan, pembangunan
perdesaan dan penyelamatan lingkungan hidup secara jujur, adil,
bertanggungjawab dan berkelanjutan sebagai bagian dari uapaya mewujudkan islam
rahmatan lil alamin. Maka PW LPPNU
sebagai departemenya PWNU telah
berketetapan untuk secara bertahap dengan program yang terarah, terstruktur dan
teruku melakukan berbagai ikhtiar demi keberpihakan kepada petani khususnya
masyarakat nahdliyin di perdesaan, tentu juga dengan tidak mengesampingkan
langkah-langkah koordinasi dan upaya konsolidasi dengan seluruh PC LPPNU se
Provinsi Lampung.
Atas
inisiasi dari para penggiat LPPNU mulai dari bulan kemarin (maret) secara
berkala jajaran PW LPPNU melakukan kunjungan langsung (anjangsana) kepada para
petani atau kelompok tani khususnya petani nahdliyin. Ini adalah murni sebagai gerakan moral, tanpa
dukungan dana dari pihak manapun, dan tidak bertendesi apapun selain hanya sebagai
implementasi misi dan visi LPPNU itu sendiri.
Agenda pertama kunjungan/ anjangsana PW LPPNU pada hari Sabtu tanggal 30
Maret 2013 ke kelompok tani Sabana dan Kelompok tani Harapan Kita di Sumber
Agung; pada kesempatan anjangsana ini dilakukan proses diskusi dan sharing
berbagi pengalaman dan merumuskan agenda bersama untuk meningkatkan dinamika
dan kemandirian kelompok tani yang seluruh anggotanya adalah nahdliyin
tersebut, salah satu yang menjadi kesepakatan adalah untuk dilaksanakan agenda
pertemuan rutin sebulan sekali yang diisi pembinaan dari PW LPPNU.
Agenda
kunjungan/ anjangsana PW LPPNU berikutnya pada hari Minggu tanggal 7 April 2013
menjumpai beberapa kelompok tani nahdliyin di wilayah Kecamatan Negeri katon,
pertemuan dilaksanakan di desa poncowarno dihadiri tidak kurang dari 100-an
orang petani warga nahdliyin yang masing-masing merupakan perwakilan pengurus
kelompok tani dari berbagai desa (kampung) di seluruh kecamatan negeri katon. Rombongan PWNU yang hadir terdiri dari Ir.
Agus Arubusman, Ir. Ivan Rayendra Bakar, Drh. Sunanjak Wiwoho dan didampingi
Ichwan Adji wibowo (wakil sekretaris PWNU) serta ikut serta dalam rombongan
staf sekretariat PWNU yakni Nazrin Dasit dan Nasrul Efendi. Kehadiran rombongan PW LPPNU disambut oleh
grup hadroh setempat, acara dimulai pukul 10.30 s.d. pukul 13.30 diisi dengan
pengarahan dari LPPNU dan dilanjutkan diskusi dan sharing berbagai hal terkait
persoalan kelompok dan usaha tani yang mereka kembangkan selama ini.
Pada
kesempatan tersebut diantaranya mendiskusikan penetapan komoditas unggulan
untuk wilayah perdesaan di negeri katon, diantaranya tanaman kakao/ coklat;
karet; jagung dan kelapa. Dari berbagai
masukan yang ada sebagaian besar yang hadir merasa sangat senang ketika
mendengar NU juga memiliki kegiatan-kegiatan yang berpihak kepada petani. “selama ini kami warga NU di pedesaan yang
mayoritas adalah tani, biasanya kalau mendengar NU ya biasanya pengajian,
yasinan, tahlilan, haul, tareqoh, dll, kami sangat senang kalau NU ternyata
juga punya lembaga yang ngurusi petani yang peduli pada kehidupan kami”
demikian pak teguh salah satu tokoh masyarakat petani desa poncowarno mewakili
peserta lainnya. Ketika mencoba
menampung berbagai problem yang mereka hadapi selama ini muncul diantaranya persoalan
kesulitan mereka terhadap akses permodalan; minimnya sarana khususnya teknologi
terapan, gangguan penyakit tanaman yang mereka usahakan serta perlunya
kebutuhan teknologi pasca panen khususnya untuk komoditas kakao.
Ketika
memberikan tanggapan sekaligus arahan Ir. Agus Arubusman mewakili PW LPPNU
menyampaikan bahwa kehadiran LPPNU bukanlah seperti sinterklas, bukan juga
lembaga pemberi bantuan; atau semacam “makelar bantuan”, kehadiran kami tidak
saja karena keterikatan bathin sebagai sesama nahdliyin tetapi lebih dari itu kami menempatkan diri sebagai
“teman” menjadi fasilitator bagi para petani untuk mendampingi agar petani
mampu mematakan dan membaca persoalan-persoalan apa sesungguhnya yang mereka
hadapi sekaligus mampu menemukan solusi
atau jawaban atas setiap masalah yang dihadapi mereka. Sambil juga mengingatkan jika saja LPPNU
mencoba mencari akses bantuan atau program dari berbagai sumber, petani harus
berpandangan bahwa bantuan bukanlah segala-galanya, bukanlah tujuan itu menjadi
semacam stimulan untuk kebangkitan petani.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa petani atau masyarakat perdesaan
harus mampu mengenali bahwa yang disebut modal itu tidak serta merta uang.
“modal pada usaha pengembangan sumber daya hayati khususnya di perdesaan itu
setidaknya ada 4, pertama modal sumber daya alam; segala potensi alam yang
diberikan Allah kepada kita harus kita pandang sebagai modal; kedua modal
ekonomi yang dimaksud aadalah seperti sarana produksi, peralatan mesin dll;
ketiga adalah modal sumberdaya manusia, seperti keterampilan kita, keahlian dan
pengalaman kita dan terakhir yang ke empat modal sosial, yang dimaksud adalah
jejaring sosial, keakraban masyarakat; kekompakan masyarakat, keguyuban
masyarakat dst, itulah semua hal yang harus kita pandang sebagai modal”
demikian Ir. Agus Arubusman menyampaikan nasehatnya. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut
PC LPPNU kabupaten pesawaran akan mengintensifkan pembinaan ke
kelompok-kelompok tani dan segera membentuk kelompok-kelompok baru dengan nama
Pertanu (Perhimpunan Petani NU) di masing-masing desa, selanjutnya PW LPPNU
merumuskan seluruh potensi yang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan dan
sesegera mungkin mengupayakan pendanaan dari berbagai pihak khususnya terkait
pengembangan pasca panen kakao.
Adapun
agenda selanjutnya PW LPPNU telah merencanakan kunjungan (anjangsana) pada hari
minggu pekan depan tanggal 14 April ke kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu,
menurut PC LPPNU Pringsewu setidaknya akan mengumpulkan pengurus dari 20
kelompok tani NU di sekitar kabupaten pringsewu masing-masing mengutus 3 orang
pengurus.
(Nazrin Dasit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar