Merawat Tradisi Membangun Peradaban

Sabtu, 06 April 2013

PWNU LAMPUNG GELAR LAILATUL IJTIMA' KE-2



PWNU Provinsi Lampung Periode 2012 – 217 kembali menggelar pengajian Lailatul Ijtima,  pada hari Rabu, 15 Jumadil akhir 1434 H yang bertepatan dengan tanggal 27 Maret 2013, bertempat di sekretariat PWNU Provinsi Lampung, tepatnya di bilangan Jl. Cut Mutia Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung.  Kegiatan kali ini merupakan penyelenggaraan Lailatul Ijtima kali ke-2 sejak digagas pelaksanaan lailatul ijtima pertama pada tanggal 2 Maret yang lalu, selanjutnya PWNU Lampung telah berketetapan menjadikan kegiatan lailatul Ijtima sebagai agenda rutin bulanan. 
Sekedar diketahui bahwa Lailatul Ijtima merupakan tradisi yang telah lama dikembangkan oleh NU, secara harfiah Lailatul berarti malam, dan Ijtima artinya pertemuan, selanjutnya Lailatul Ijtima mengandung pengertian pertemuan malam hari yang dilaksanakan setiap bulan; pada awalnya ini merupakan kebiasaan yang dilaksanakan para ulama di lingkungan NU (para pendiri NU) tepatnya setiap tanggal 15 bulan hijriyah (malam purnama) mereka selalu berkumpul disamping menjalankan amaliyah (ritual) ala tradisi NU acara selanjutnya dirangkai dengan diskusi menyangkut persoalan keorganisasian maupun tema-tema aktual.  Pada era sekarang Lailatul Ijtima telah ditradisikan menjadi kegiatan rutin orang-orang NU atau pengurus NU di semua level.  Acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi dan masalah-masalah aktual khususnya di tingkat lokal.   
Penyelenggaran Lailatul Ijtima yang ke-2 kalinya ini di awali dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an yang dibawakan oleh Alek yang bersangkutan adalah kader IPNU Provinsi Lampung, acara dilanjutkan secara berturut-turut yakni pembacaan hadaroh yang dipimpin oleh KH. Soleh Bajuri (Ketua PWNU); disambung pembacaan yasin dan tahlil yang dipimpin oleh ustadz Maswi (Ketua Forum P3N Kota Bandar Lampung), kemudian diteruskan dengan sambutan ketua PWNU Lampung KH. Soleh Bajuri, dan penyampaian Tausiyah (mo’idotul khasanah) yang disampaikan oleh KH. DR. Abdul Syukur (wakil rois syuriyah PWNU Lampung) sekaligus mengimami pembacaan do’a.  Setelah itu acara dilanjutkan dengan diskusi seputar keorganisasian yang dimoderatori oleh Ichwan Adji Wibowo (wakil sekretaris PWNU Lampung).
Pada kesempatan sambutannya, Kyai Soleh Bajuri kembali mengingatkan bahwa penyelenggaraan pengajian lailatul Ijtima merupakan tradisi yang sangat baik sekaligus efektif untuk meningkatkan dan menggairahkan kembali ghiroh (warga) nahdliyin utamanya para pengurus NU.  Selanjutnya beliau berpesan bahwa sangat penting menjaga komitmen untuk tetap beristikomah mengawal tradisi Lailatul Ijtima, “sampai kapanpun kita harus pertahankan tradisi ini, walaupun hanya beberapa orang yang hadir, kita tidak boleh putus semangat” demikian ungkapnya menyemangati para pengurus NU yang hadir malam itu.  Pada akhir sambutannya beliau berpesan dan mengingatkan melalui seluruh pengurus wilayah yang hadir agar seluruh pengurus masing-masing menyediakan waktunyasetiap tanggal bulan purnama agar tidak mengagendakan kegiatan lain kecuali menghadiri agenda rutin Lailatul Ijtima, “Tolong sampaikan kepada pengurus yang lain, ini perintah saya selaku ketua, mohon agar setiap malam tanggal 15 benar-benar menyediakan waktu khusus untuk Lailatul Ijtima, jadi agar kegiatan lain-lain seperti mengisi pengajian agar ingat setiap jadwal lailatul Ijtima dikosongkan” demikian pungkasnya, mengakhiri sambutannya.
Selanjutnya dalam kesempatan pemberian tausiyahnya KH. DR. Abdul Syukur mengangkat tema menggairahkan pengabdian NU, beliau menguraikan bahwa pilihan untuk bekerja dan mengabdikan diri setiap kita kepada NU adalah sebuah pilihan hidup yang harus di rawat dan sungguh-sungguh didedikasikan dengan penuh keikhlasan.  “kita menyadari PWNU Lampung sekarang ini tengah menghadapi ujian dengan adanya gonjang-ganjing yang sama-sama kita ketahui, saya kira kita harus mampu mengelola dengan baik setiap persoalan yang ada sehingga justru akan ada kebaikannya untuk NU Lampung, yang penting kita tetap ikhlas dan sabar, sebab saya juga sering menasehati pak Kyai Soleh untuk tetap sabar menghadapi ini semua” demikian nasehatnya.  Pada bagian lain KH. DR. Abdul Syukur mengingatkan bahwa sesuai kaidah fiqh siyasah, aktifitas yang sekarang digiatkan oleh PWNU Lampung adalah gerakan yang benar dan syah, karena merupakan produk dari hasil konferwil yang syah sesuai prosedur organisasi.  Beliau berpesan untuk tidak usah ragu-ragu melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program yang bermanfaat, sekaligus pada kesempatan tausiyahnya menyarankan agar di sekretariat yang baru ini dilakukan kegiatan pelatihan untuk para kader qori dan qoriah di lingkungan NU, malah beliau menyatakan kesediannya menjadi fasilitator kegiatan tersebut.  Dalam rangka memastikan kaderisasi di Lingkungan NU beliau juga menyarankan agar mulai digagas inisiatif pendirian pesantren mahasiswa. Mengakhiri tausiyahnya beliau didaulat mengimami pembacaan do’a.
Seusai rangkaian acara pengajian, kegiatan Lailatul Ijtima dilanjutkan dengan diskusi atau dialog pada kesempatan itu mengambil tema tentang persoalan keorganisasian.  Dialog yang dipandu oleh Ichwan Adji Wibowo tersebut dilaksankan dalam suasana egaliter, santai dan rileks tanpa mengurangi bobot dan semnagat diskusi yang dikembangkan.  Kesempatan pertama menyampaikan pandangannya adalah sahabat Bujung beliau merespon positif gagasan yang disampaikan pak Dr. Abdul sykur tentang inisiatif memberikan ruang bagi para qori atau peminat pelatihan qori, “saya kira gagasan yang disampaikan pak Kyai DR. Abdul Syukur patut kita apresiasi, dan kita memahami NU punya lembaga khusus yang menampung para peminat tanfidul qur’an tersebut, saya kira sudah saatnya PWNU segera menginisiasi kegiatan rutin bertempat di PWNU ini untuk memfasilitasi kegiatan bagi para qori dan para hafidul qur’an tersebut” pungkasnya.
Selanjutnya kesempatan kedua, sahabat Reka Putra (ketua PW IPNU Provinsi Lampung) mengungkapkan bahwa ia menyambut baik kegiatan-kegiatan seperti ini yang memberikan ruang bagi para penggiat NU untuk saling menuangkan gagasan-gagasan penting bagi kemajuan NU khususnya NU Lampung, pada saat yang sama ia mengungkapkan kegelisahan banyak hal tentang eksistensi NU hari ini, salah satunya tentang betapa banyaknya kader-kader muda NU yakni para pelajar NU yang mayoritas di perdesaan berasal dari keluarga kurang mampu kesulitan untuk melanjutkan studi S1, dia menyarankan harus ada itikat dan upaya dari PWNU untuk memfasilitasi program-program pemberian bea siswa bagi anak-anak NU yang berprestasi.  Pandangan yang disampaikan Reka putra tersebut direspon baik oleh seluruh peserta diskusi termasuk oleh Kyai Soleh bajuri selaku ketua PWNU, dan salah satunya memberikan tanggapannya adalah DR. Aom Kharomain (wakil ketua PWNU) selaku akademisi unila ia berpandangan bahwa ke depan PWNU harus melakukan terobosan dan melakukan komunikasi dengan para rektor perguruan tinggi negeri di provinsi Lampung dan selanjutnya dituangkan dalam MoU, selanjutnya dalam tataran teknis implementasi atas MoU tersebut dijalankan oleh organ-organ NU yang spesifikasi tugasnya sesuai dengan masalah tersebut.

Selanjutnya kesempatan ketiga dari sahabat Mursadin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Miko, menuangkan gagasannya terkait dengan persoalan perburuhan, ia mendorong agar PWNU provinsi Lampung memulahi memberikan perhatian khusus terhadap eksistensi perburuhan, utamanya para buruh nahdliyin yang tersebar di berbagai perusahaan di provinsi Lampung, menanggapi miko, sahabat bujung menyampaikan bahwa NU telah memiliki ormas Sarbumusi, “saya kurang tahu apakah periode lalu sarbumusi sudah ada atau belum di provinsi Lampung, yang jelas saya mendukung agar ke depan segera dihidupkan sarbumusi Lampung” demikian sarannya.  Selanjutnya secara berturut-turut menyampaikan pendapat dan gagasannya pada kesempatan diskusi tersebut adalah, Fery mengungkap persoalan rekrutmen banser dan jaminan atas keberlanjutan pasca rekrutmen tersebut. Kemudian Ir, Agus Arubusman, menyampaikan perlunya melakukan konsolidasi internal agar PWNU dengan seluruh badan otonom, lembaga dan lajnahnya mampu bersinergi sehingga seluruh gagasan yang muncul mampu diakomodasi dan dijalankan dengan baik.  Disambung Sahabat Mutaqin (keua PC PMII Bandar Lampung) menyampaikan agar ke depan PWNU beserta seluruh perangkatnya agar lebih fokus memberikan perhatiannya kepada jamaah NU; sekaligus mengungkapkan keprihatinannya agar NU dan banom-banomnya agar saling bersinergi supaya tidak terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Menambahi dalam diskusi tersebut, sahabat Solihin (wakil ketua) yang lebih dikenal dengan coing, menyampaikan bahwa proses perjalanan diskusi ini sangat menarik dan menurut beliau ini jika teruas dikembangkan bukan tidak mungkin ini menjadi “pintu masuk” bagi tersedianya solusi atas semua persoalan keorganisasian melalui media lailatul Ijtima seperti ini.
Menanggapi seluruh proses diskusi tersebur Drs. Ariyanto Munawar selaku sekretaris PWNU Provinsi Lampung periode 2012-2017 merespon positif akan tetapi tanpa bermaksud mematahkan semangat seluruh peserta diskusi beliau mengingatkan agar tetap berfikir realistis “kita boleh saja berfikir dan bermimpi setinggi-tingginya, tapi pada saat yang sama kita harus ingat bahwa kita harus memastikan kaki kita tetap menginjak bumi” demikian beliau mengingatkan, selanjutnya ia berujar “saya membayangkan ketika kita dengan begitu dengan mudah dan antusias atas gagasan-gagasan besar itu, bukan tidak mungkin 5 tahun kedepan, kalian semua akan menuntut kami PWNU atas janji-janji pada malam lailatul Ijtima ini”  demikian beliau meyakinkan, “kuncinya kedepan kita harus menyiapkan sistem agar organisasi ini mampu bekerja dan mengembangkan kinerjanya dengan baik, yaitu harus tersedianya tata kerja yang efektif, sehingga kerja-kerja organisasi jauh lebih terukur dan membumi”.

1 komentar:

  1. Berikut daftar pengurus PBNU periode 2022-2027 kepemimpinan Yahya Cholil Staquf.

    Tanfidziyah
    Ketua Umum: Yahya Cholil Staquf
    Wakil Ketua Umum:
    Zulfa Mustofa
    Muhammad Hilal
    Nizar Ali
    Nusron Wahid

    Ketua-ketua Bidang
    Khofifah Indar Parawansa
    Alissa Wahid
    Muhammad Mukri
    Hasib Wahab Chasbullah
    Abdul Hakim Mahful
    Ishfah Abidal
    Umarsyah

    Sekretaris Jenderal
    Saifullah Yusuf

    Wakil Sekretaris Jenderal
    Abudssalam Sohib
    Sulaiman Tanjung
    Maryati Solihah
    Najib Azca
    Faisal Zaimima
    Abdul Qodir bin Aqil

    Bendahara Umum
    Mardani Maming

    Musytasar
    Ahmad Mustofa Bisri (Ketua)
    Ma’ruf Amin
    Nurul Huda jazuli
    Dimyati Rois
    Lutfi bin Yahya
    Baharudin
    Nafisah Sahal Mahfud
    Sinta Nuriyah
    Mahfudoh
    Habib Zein bin Umar bin Smith
    Said Aqil Siradj

    Syuriah
    Miftachul Akhyar (Rais Aam)
    Wakil Rais Aam: Afifudin Muhadjir
    Anwar Iskandar
    Muhammad Mustafa Aqil Siradj
    Ali Akbar Marbun
    Abun Bunyamin
    Muhammad Nuh
    Nazaruddin Umar
    Abdul Ghofur Maimoen
    Bahaudin Nur Salim

    Katib Aam: Said Asrori

    Katib:
    Muhammad Afifudin
    Hilmi Muhammad
    Lutfi bin Muhammad Alatos
    Abdul Hofir Rozin
    Asrorun Niam Soleh

    BalasHapus