PWNU Provinsi Lampung Periode
2012 – 217 kembali menggelar pengajian Lailatul Ijtima, pada hari Rabu, 15 Jumadil akhir 1434 H yang
bertepatan dengan tanggal 27 Maret 2013, bertempat di sekretariat PWNU Provinsi
Lampung, tepatnya di bilangan Jl. Cut Mutia Teluk Betung Utara Kota Bandar
Lampung. Kegiatan kali ini merupakan
penyelenggaraan Lailatul Ijtima kali ke-2 sejak digagas pelaksanaan lailatul
ijtima pertama pada tanggal 2 Maret yang lalu, selanjutnya PWNU Lampung telah
berketetapan menjadikan kegiatan lailatul Ijtima sebagai agenda rutin
bulanan.
Sekedar diketahui bahwa Lailatul
Ijtima merupakan tradisi yang telah lama dikembangkan oleh NU, secara harfiah Lailatul berarti malam, dan Ijtima
artinya pertemuan, selanjutnya Lailatul
Ijtima mengandung pengertian pertemuan malam hari yang dilaksanakan setiap
bulan; pada awalnya ini merupakan kebiasaan yang dilaksanakan para ulama di
lingkungan NU (para pendiri NU) tepatnya setiap tanggal 15 bulan hijriyah
(malam purnama) mereka selalu berkumpul disamping menjalankan amaliyah (ritual)
ala tradisi NU acara selanjutnya dirangkai dengan diskusi menyangkut persoalan
keorganisasian maupun tema-tema aktual.
Pada era sekarang Lailatul Ijtima
telah ditradisikan menjadi kegiatan rutin orang-orang NU atau pengurus NU di
semua level. Acara ini dimanfaatkan
untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi dan
masalah-masalah aktual khususnya di tingkat lokal.
Penyelenggaran Lailatul Ijtima
yang ke-2 kalinya ini di awali dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an yang
dibawakan oleh Alek yang bersangkutan adalah kader IPNU Provinsi Lampung, acara
dilanjutkan secara berturut-turut yakni pembacaan hadaroh yang dipimpin oleh
KH. Soleh Bajuri (Ketua PWNU); disambung pembacaan yasin dan tahlil yang
dipimpin oleh ustadz Maswi (Ketua Forum P3N Kota Bandar Lampung), kemudian
diteruskan dengan sambutan ketua PWNU Lampung KH. Soleh Bajuri, dan penyampaian
Tausiyah (mo’idotul khasanah) yang disampaikan oleh KH. DR. Abdul Syukur (wakil
rois syuriyah PWNU Lampung) sekaligus mengimami pembacaan do’a. Setelah itu acara dilanjutkan dengan diskusi
seputar keorganisasian yang dimoderatori oleh Ichwan Adji Wibowo (wakil
sekretaris PWNU Lampung).
Pada kesempatan sambutannya, Kyai
Soleh Bajuri kembali mengingatkan bahwa penyelenggaraan pengajian lailatul
Ijtima merupakan tradisi yang sangat baik sekaligus efektif untuk meningkatkan
dan menggairahkan kembali ghiroh (warga) nahdliyin utamanya para pengurus NU. Selanjutnya beliau berpesan bahwa sangat
penting menjaga komitmen untuk tetap beristikomah mengawal tradisi Lailatul
Ijtima, “sampai kapanpun kita harus pertahankan tradisi ini, walaupun hanya
beberapa orang yang hadir, kita tidak boleh putus semangat” demikian ungkapnya
menyemangati para pengurus NU yang hadir malam itu. Pada akhir sambutannya beliau berpesan dan
mengingatkan melalui seluruh pengurus wilayah yang hadir agar seluruh pengurus
masing-masing menyediakan waktunyasetiap tanggal bulan purnama agar tidak
mengagendakan kegiatan lain kecuali menghadiri agenda rutin Lailatul Ijtima,
“Tolong sampaikan kepada pengurus yang lain, ini perintah saya selaku ketua,
mohon agar setiap malam tanggal 15 benar-benar menyediakan waktu khusus untuk
Lailatul Ijtima, jadi agar kegiatan lain-lain seperti mengisi pengajian agar
ingat setiap jadwal lailatul Ijtima dikosongkan” demikian pungkasnya,
mengakhiri sambutannya.
Selanjutnya dalam kesempatan
pemberian tausiyahnya KH. DR. Abdul Syukur mengangkat tema menggairahkan pengabdian
NU, beliau menguraikan bahwa pilihan untuk bekerja dan mengabdikan diri setiap
kita kepada NU adalah sebuah pilihan hidup yang harus di rawat dan
sungguh-sungguh didedikasikan dengan penuh keikhlasan. “kita menyadari PWNU Lampung sekarang ini
tengah menghadapi ujian dengan adanya gonjang-ganjing yang sama-sama kita
ketahui, saya kira kita harus mampu mengelola dengan baik setiap persoalan yang
ada sehingga justru akan ada kebaikannya untuk NU Lampung, yang penting kita
tetap ikhlas dan sabar, sebab saya juga sering menasehati pak Kyai Soleh untuk
tetap sabar menghadapi ini semua” demikian nasehatnya. Pada bagian lain KH. DR. Abdul Syukur
mengingatkan bahwa sesuai kaidah fiqh siyasah, aktifitas yang sekarang
digiatkan oleh PWNU Lampung adalah gerakan yang benar dan syah, karena
merupakan produk dari hasil konferwil yang syah sesuai prosedur
organisasi. Beliau berpesan untuk tidak
usah ragu-ragu melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program yang bermanfaat,
sekaligus pada kesempatan tausiyahnya menyarankan agar di sekretariat yang baru
ini dilakukan kegiatan pelatihan untuk para kader qori dan qoriah di lingkungan
NU, malah beliau menyatakan kesediannya menjadi fasilitator kegiatan
tersebut. Dalam rangka memastikan
kaderisasi di Lingkungan NU beliau juga menyarankan agar mulai digagas
inisiatif pendirian pesantren mahasiswa. Mengakhiri tausiyahnya beliau didaulat
mengimami pembacaan do’a.
Seusai rangkaian acara pengajian,
kegiatan Lailatul Ijtima dilanjutkan dengan diskusi atau dialog pada kesempatan
itu mengambil tema tentang persoalan keorganisasian. Dialog yang dipandu oleh Ichwan Adji Wibowo
tersebut dilaksankan dalam suasana egaliter, santai dan rileks tanpa mengurangi
bobot dan semnagat diskusi yang dikembangkan.
Kesempatan pertama menyampaikan pandangannya adalah sahabat Bujung
beliau merespon positif gagasan yang disampaikan pak Dr. Abdul sykur tentang
inisiatif memberikan ruang bagi para qori atau peminat pelatihan qori, “saya
kira gagasan yang disampaikan pak Kyai DR. Abdul Syukur patut kita apresiasi,
dan kita memahami NU punya lembaga khusus yang menampung para peminat tanfidul
qur’an tersebut, saya kira sudah saatnya PWNU segera menginisiasi kegiatan
rutin bertempat di PWNU ini untuk memfasilitasi kegiatan bagi para qori dan
para hafidul qur’an tersebut” pungkasnya.
Selanjutnya kesempatan kedua,
sahabat Reka Putra (ketua PW IPNU Provinsi Lampung) mengungkapkan bahwa ia
menyambut baik kegiatan-kegiatan seperti ini yang memberikan ruang bagi para
penggiat NU untuk saling menuangkan gagasan-gagasan penting bagi kemajuan NU
khususnya NU Lampung, pada saat yang sama ia mengungkapkan kegelisahan banyak
hal tentang eksistensi NU hari ini, salah satunya tentang betapa banyaknya
kader-kader muda NU yakni para pelajar NU yang mayoritas di perdesaan berasal
dari keluarga kurang mampu kesulitan untuk melanjutkan studi S1, dia
menyarankan harus ada itikat dan upaya dari PWNU untuk memfasilitasi
program-program pemberian bea siswa bagi anak-anak NU yang berprestasi. Pandangan yang disampaikan Reka putra tersebut
direspon baik oleh seluruh peserta diskusi termasuk oleh Kyai Soleh bajuri
selaku ketua PWNU, dan salah satunya memberikan tanggapannya adalah DR. Aom
Kharomain (wakil ketua PWNU) selaku akademisi unila ia berpandangan bahwa ke
depan PWNU harus melakukan terobosan dan melakukan komunikasi dengan para
rektor perguruan tinggi negeri di provinsi Lampung dan selanjutnya dituangkan
dalam MoU, selanjutnya dalam tataran teknis implementasi atas MoU tersebut
dijalankan oleh organ-organ NU yang spesifikasi tugasnya sesuai dengan masalah
tersebut.
Selanjutnya kesempatan ketiga
dari sahabat Mursadin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Miko, menuangkan
gagasannya terkait dengan persoalan perburuhan, ia mendorong agar PWNU provinsi
Lampung memulahi memberikan perhatian khusus terhadap eksistensi perburuhan,
utamanya para buruh nahdliyin yang tersebar di berbagai perusahaan di provinsi
Lampung, menanggapi miko, sahabat bujung menyampaikan bahwa NU telah memiliki
ormas Sarbumusi, “saya kurang tahu apakah periode lalu sarbumusi sudah ada atau
belum di provinsi Lampung, yang jelas saya mendukung agar ke depan segera
dihidupkan sarbumusi Lampung” demikian sarannya. Selanjutnya secara berturut-turut
menyampaikan pendapat dan gagasannya pada kesempatan diskusi tersebut adalah,
Fery mengungkap persoalan rekrutmen banser dan jaminan atas keberlanjutan pasca
rekrutmen tersebut. Kemudian Ir, Agus Arubusman, menyampaikan perlunya
melakukan konsolidasi internal agar PWNU dengan seluruh badan otonom, lembaga
dan lajnahnya mampu bersinergi sehingga seluruh gagasan yang muncul mampu
diakomodasi dan dijalankan dengan baik.
Disambung Sahabat Mutaqin (keua PC PMII Bandar Lampung) menyampaikan
agar ke depan PWNU beserta seluruh perangkatnya agar lebih fokus memberikan
perhatiannya kepada jamaah NU; sekaligus mengungkapkan keprihatinannya agar NU
dan banom-banomnya agar saling bersinergi supaya tidak terkesan berjalan
sendiri-sendiri.
Menambahi dalam diskusi tersebut,
sahabat Solihin (wakil ketua) yang lebih dikenal dengan coing, menyampaikan
bahwa proses perjalanan diskusi ini sangat menarik dan menurut beliau ini jika
teruas dikembangkan bukan tidak mungkin ini menjadi “pintu masuk” bagi
tersedianya solusi atas semua persoalan keorganisasian melalui media lailatul
Ijtima seperti ini.
Menanggapi seluruh proses diskusi
tersebur Drs. Ariyanto Munawar selaku sekretaris PWNU Provinsi Lampung periode
2012-2017 merespon positif akan tetapi tanpa bermaksud mematahkan semangat
seluruh peserta diskusi beliau mengingatkan agar tetap berfikir realistis “kita
boleh saja berfikir dan bermimpi setinggi-tingginya, tapi pada saat yang sama
kita harus ingat bahwa kita harus memastikan kaki kita tetap menginjak bumi”
demikian beliau mengingatkan, selanjutnya ia berujar “saya membayangkan ketika
kita dengan begitu dengan mudah dan antusias atas gagasan-gagasan besar itu,
bukan tidak mungkin 5 tahun kedepan, kalian semua akan menuntut kami PWNU atas
janji-janji pada malam lailatul Ijtima ini”
demikian beliau meyakinkan, “kuncinya kedepan kita harus menyiapkan
sistem agar organisasi ini mampu bekerja dan mengembangkan kinerjanya dengan
baik, yaitu harus tersedianya tata kerja yang efektif, sehingga kerja-kerja
organisasi jauh lebih terukur dan membumi”.
Berikut daftar pengurus PBNU periode 2022-2027 kepemimpinan Yahya Cholil Staquf.
BalasHapusTanfidziyah
Ketua Umum: Yahya Cholil Staquf
Wakil Ketua Umum:
Zulfa Mustofa
Muhammad Hilal
Nizar Ali
Nusron Wahid
Ketua-ketua Bidang
Khofifah Indar Parawansa
Alissa Wahid
Muhammad Mukri
Hasib Wahab Chasbullah
Abdul Hakim Mahful
Ishfah Abidal
Umarsyah
Sekretaris Jenderal
Saifullah Yusuf
Wakil Sekretaris Jenderal
Abudssalam Sohib
Sulaiman Tanjung
Maryati Solihah
Najib Azca
Faisal Zaimima
Abdul Qodir bin Aqil
Bendahara Umum
Mardani Maming
Musytasar
Ahmad Mustofa Bisri (Ketua)
Ma’ruf Amin
Nurul Huda jazuli
Dimyati Rois
Lutfi bin Yahya
Baharudin
Nafisah Sahal Mahfud
Sinta Nuriyah
Mahfudoh
Habib Zein bin Umar bin Smith
Said Aqil Siradj
Syuriah
Miftachul Akhyar (Rais Aam)
Wakil Rais Aam: Afifudin Muhadjir
Anwar Iskandar
Muhammad Mustafa Aqil Siradj
Ali Akbar Marbun
Abun Bunyamin
Muhammad Nuh
Nazaruddin Umar
Abdul Ghofur Maimoen
Bahaudin Nur Salim
Katib Aam: Said Asrori
Katib:
Muhammad Afifudin
Hilmi Muhammad
Lutfi bin Muhammad Alatos
Abdul Hofir Rozin
Asrorun Niam Soleh